BERITABAHARI.ID – Kementerian Pertanian (Kementan) terus meningkatkan peran dan fungsi serta semangat Penyuluh Pertanian dalam strategi ketersediaan pangan nasional, terutama menghadapi El Nino
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) selalu mengatakan bahwa Penyuluh Pertanian adalah pejuang yang berada di garda terdepan dalam meningkatkan produktivitas pertanian saat musim kemarau panjang atau El Nino 2023.
Penyuluh pertanian lapangan adalah “Kopassusnya” petani yang harus menyebar ke semua desa dan mulai menghidupi petani secara mandiri melalui kelembagaan ekonomi, ujar Mentan Syahrul.
Mentan SYL juga meminta agar penyuluh selalu mengupgrade kemampuan dan pengetahuan. “Jadilah penyuluh yang hebat dan luar biasa agar bisa membantu menjaga pangan dari ancaman El Nino dan krisis pangan global”, tegasnya.
Menindaklajuti arahan Mentan SYL, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan Volume 35 yang bertemakan “Strategi Ketersediaan Pangan Nasional”, Selasa (05/09/2023) di Bogor mengatakan bahwa penyediaan pangan berasal dari produksi.
Kementan sudah mencanangkan pemenuhan produksi pangan melalui cara bertindak 1-5. Peningkatan kapasitas SDM menjadi bagian,” ujar Kabadan Dedi.
Terkait ketersediaan Pangan, Kabadan Dedi menekankan agar lumbung pangan mulai dari tingkat provinsi hingga desa dipastikan ketersediaannya. Sehingga Indonesia dapat melalui krisis pangan. Termasuk upaya diversifikasi pangan dengan mengonsumsi pangan lokal seperti jagung, ubi, singkong dan lainnya. Bukan beralih ke pangan impor seperti mie gandum dan olahan gandum lainnya, tegas Kabadan lagi
Keterkaitan peranan penyuluh dengan teknologi dipaparkan Peneliti Tanaman Pangan APERTANI, Sumarno menjelaskan bahwa sejarah pengadopsian teknologi pertanian secara cepat oleh petani melalui penyuluh pertanian.
“Petani bisa tanam 2-3 kali, produksi beras meningkat sampai 300 persen. Sebelumnya hanya tanam 1 kali setahun,” bebernya menjelaskan dampak positif teknologi revolusi hijau yang dilakukan dengan koordinasi penyuluh ertanian.
Penyuluh Pertanian bersama insan pertanian, diakui Sumarno berperan sangat besar dalam pembangunan pertanian. Dan peranan tersebut terus ditingkatkan hingga saat ini.
“Berperan adalah berguna manfaat bagi petani, sebagai insan Pertanian. Bukan hanya sebagai PNS saja,” tegasnya.
Penguatan Penyuluh dan Petani
Sementara itu, Mulyono Machmur yang menjadi saksi sejarah penyuluhan pertanian, memaparkan Sistem Nasional Bimbingan Masyarakat (Bimas) mampu dekat dengan petani karena peranan penyuluh.
Selain itu, peran kepemimpinan formal seperti Kepala Daerah dan kepemimpinan non formal seperti Kepala adat, Kepala Agama setempat juga berperan langsung mendekatkan program dengan petani. “Penyuluh tidak bisa jalan sendiri, perlu ada peran kepemimpinan formal dan informal yang mendukung mereka,” tegasnya.
Mulyono memaparkan perlunya kelembagaan yang menghimpun input intelektual seperti Penyuluh dalam bentuk Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Kelembagaan-kelembagaan seperti BPP, kios yang merupakan kelembagaan input produksi, Lembaga Keuangan Masyarakat sebagai lembaga keuangan, hingga kelembagaan pasar, diakui Mulyono sangat dibutuhkan untuk menguatkan petani.
“Penyuluhan harus dikembalikan ke khittahnya untuk mendidik petani dalam meningkatkan kapasitasnya. Buatlah kelembagaan seperti dulu lagi,” pesannya.
Menurut Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat, Entang Sastraatmadja pun setuju dengan ucapan Mulyono Machmur. Di masa lalu, kesuksesan pangan ditopang oleh peneliti, penyuluh dan Pemerintah Daerah.
“Petani akan bisa meningkatkan produksi jika hubungan penyuluh dan peneliti berjalan beriringan. Pemerintah daerah melalui Kepala Daerah mendukung dan memandang penting Pertanian sebagai Langkah utama menyediakan Pangan,” tegasnya.
Karena itu, penjaminan bagi penyuluh sangat diharapkan dari Kementan, agar penyuluh tetap memiliki semangat juang tinggi bagi pertanian.
Entang juga menekankan agar program pertanian jangan sekali kali menelantarkan para petani. “Jika ingin membangun strategi dan ketercukupan Pangan, apakah ada strategi yang komprehensif. Bicara Pertanian perlu sinergi dan koordinasi hulu hilir,” ungkapnya.
Karena itu, sinergi antara Kementan dengan Badan Pangan Nasional dan Badan Perencanaan Nasional perlu dilakukan untuk strategi ketersediaan pangan nasional. (GS/NF)